Kisah Raja Habasyah Menerima Kedatangan Umat Islam Ketika Hijrah
Pada masa awal perkembangan Islam, sekitar tahun 615 M pada waktu itu, banyak sahabat Nabi Muhammad SAW yang mengalami penganiayaan berat di Mekkah karena mereka memeluk Islam. Di tengah situasi yang sangat sulit ini, Nabi Muhammad SAW menyarankan beberapa sahabatnya untuk hijrah ke negeri yang jauh, yang dianggap aman bagi mereka, yaitu ke Habasyah (sekarang Ethiopia).
Kemudian Raja Habasyah atau nama lengkapnya Negus Ashama bin Abjar, menerima kedatangan kaum Muslimin pertama kali. Beliau adalah raja kerajaan Aksum, yang terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Ethiopia. Saat kedatangan sahabat-sahabat Nabi, mereka disambut dengan ramah oleh Raja Negus.
Berikut adalah kisah Raja Habasyah menerima kedatangan umat Islam ketika Hijrah yang pertama dan kedua selengkapnya.
1. Hijrah yang Pertama
Ketika penganiayaan di Mekkah semakin meningkat, sejumlah sahabat Nabi memutuskan untuk pergi hijrah ke Habasyah. Mereka memilih tempat ini karena mendengar bahwa negeri itu dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana.
Dengan izin dari Nabi Muhammad SAW, sekitar 15 hingga 20 orang Muslim pertama kali berangkat hijrah menuju Habasyah, dengan tujuan mencari perlindungan dari kekejaman orang-orang Quraisy.
Kedatangan di Habasyah
Kedatangan di Habasyah
Setibanya di Habasyah, para sahabat Muslim disambut baik oleh Raja Negus Ashama. Raja ini adalah seorang yang terkenal dengan kebijaksanaannya, serta dikenal sebagai penguasa yang adil dan toleran terhadap berbagai agama. Pada waktu itu, kerajaan Aksum (Habasyah) adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, dan Negus sendiri adalah seorang Kristen yang taat.
Ketegangan dengan Utusan Quraisy
Ketegangan dengan Utusan Quraisy
Namun, kedatangan para sahabat Muslim tidak dibiarkan begitu saja. Kaum Quraisy di Mekkah merasa terancam oleh hijrahnya kaum Muslim ke negeri yang aman. Mereka mengirimkan utusan untuk menemui Raja Negus, dengan maksud agar beliau menyerahkan para sahabat Muslim yang telah mengungsi ke Habasyah. Utusan Quraisy membawa surat dan mencoba meyakinkan Raja Negus untuk mengembalikan para pengungsi tersebut.
Namun, Raja Negus tidak segera memutuskan untuk menyerahkan mereka. Sebaliknya, beliau memanggil para sahabat Nabi untuk mendengarkan penjelasan mereka. Pada pertemuan ini, seorang sahabat yang bernama Ja'far bin Abi Talib (sepupu Nabi Muhammad SAW) mewakili kelompok Muslim untuk menjelaskan tujuan mereka berhijrah dan ajaran Islam yang mereka anut.
Penjelasan Ja'far bin Abi Talib
Ja'far bin Abi Talib menyampaikan dengan bijaksana bahwa mereka tidak berhijrah karena ingin melawan kekuasaan, melainkan hanya untuk mencari tempat yang aman untuk menjalankan agama mereka. Ja'far juga menjelaskan tentang ajaran Islam yang mengajarkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa, serta menghormati Nabi Isa (Yesus) dan Maryam (Maria), yang sangat dihormati oleh orang Kristen.
Sebagai bukti dari ajaran Islam yang selaras dengan ajaran Injil, Ja'far membacakan beberapa ayat dari Al-Qur'an yang berkaitan dengan Nabi Isa. Salah satunya adalah tentang kelahiran Isa dan peran pentingnya dalam ajaran Islam. Mendengar penjelasan ini, Raja Negus terkesan dan mengatakan bahwa ajaran yang disampaikan oleh kaum Muslim itu tidak berbeda dengan ajaran yang diajarkan dalam Injil.
Keputusan Raja Negus
Raja Negus, setelah mendengarkan penjelasan dari Ja'far dan menyaksikan keyakinan dan kesungguhan para sahabat Nabi, memutuskan untuk tidak menyerahkan mereka kepada utusan Quraisy. Negus juga menegaskan bahwa mereka akan tetap berada di bawah perlindungannya, karena dia menghargai kebebasan beragama dan menghormati ajaran Islam yang baru itu.
Pada saat itu, utusan Quraisy yang datang untuk meminta penyerahan para sahabat Muslim merasa kalah, dan mereka pulang dengan tangan hampa. Raja Negus bahkan memberi hadiah kepada para sahabat, termasuk pakaian dan perlengkapan lainnya, serta memberikan mereka kebebasan untuk tinggal di tanah Habasyah dengan aman.
2. Hijrah yang Kedua
Hijrah ke Habasyah yang kedua terjadi pada tahun 616 M, setelah hijrah pertama yang dilakukan pada tahun 615 M. Pada hijrah pertama, sekitar 15 hingga 20 orang sahabat Nabi Muhammad SAW berangkat menuju Habasyah untuk mencari perlindungan dari penganiayaan kaum Quraisy di Mekkah.Namun, meskipun para sahabat sudah berada di Habasyah, penganiayaan terhadap umat Islam di Mekkah belum juga berhenti. Karena itu, kaum Muslimin yang masih berada di Mekkah merasa semakin terdesak dan banyak di antara mereka yang memilih untuk mengikuti langkah sahabat pertama yang hijrah.
Pada hijrah kedua ini, lebih banyak sahabat yang berangkat menuju Habasyah, sekitar 80 hingga 100 orang, termasuk beberapa sahabat terkenal seperti Uthman bin Affan (yang kelak menjadi khalifah ketiga) dan istrinya Ruqayyah, putri Nabi Muhammad SAW.
Raja Negus Ashama bin Abjar di Habasyah kembali menyambut mereka dengan baik dan memberikan perlindungan, seperti yang dilakukan pada hijrah pertama. Hijrah kedua ini juga semakin menunjukkan betapa besar peran Raja Habasyah dalam melindungi kaum Muslimin pada masa-masa awal Islam.
Secara keseluruhan, kedua peristiwa hijrah ke Habasyah menjadi tonggak penting dalam sejarah perkembangan Islam, karena memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk berkembang dan terus berkembang meskipun mereka sedang berada dalam keadaan tertekan dan teraniaya.
Makna dari Kisah Ini
Kisah ini sangat penting dalam sejarah Islam karena menunjukkan beberapa nilai utama:
- Keberanian dan keteguhan iman dari para sahabat Nabi yang berani hijrah untuk melindungi keyakinan mereka.
- Kebijaksanaan dan toleransi dari Raja Negus, yang menunjukkan sikap terbuka terhadap orang-orang yang berbeda agama dan memberikan mereka perlindungan.
- Hubungan antaragama yang positif, di mana kaum Muslim dihormati dan diberikan tempat oleh seorang raja Kristen.
Posting Komentar untuk "Kisah Raja Habasyah Menerima Kedatangan Umat Islam Ketika Hijrah"